Pages

Selasa, 16 November 2010

Musik Bukan Hanya Hiburan

T13/OJ/2010
Abdussalam Quarta Buana
210110090171

Dewasa ini, musik bukan hanya merupakan hiburan saja. Musik bisa menjadi “teman” perjalanan, hobi, bahkan bisa menjadi penghidupan. Musik sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan orang banyak. Coba saja datang ke tempat kos mahasiswa. Dari lorong tempat kos, sudah terdengar suara musik yang dimainkan dari dalam kamar-kamar mahasiswa.Selain itu, semakin banyak acara musik yang diselenggarakan, baik oleh Event Organizer (EO) profesional, universitas-universitas, bahkan anak-anak SMA. Beberapa orang bahkan mengeluarkan biaya dan tenaga yang tidak sedikit untuk datang ke pertunjukan musik.

Penyelenggara acara musik bukan hanya EO saja. Akhir-akhir ini, banyak acara musik yang diselenggarakan oleh universitas-universitas, baik negeri maupun swasta. Itupun diselenggarakan bukan hanya oleh pihak Fakultas saja, Unit Kerja Mahasiswa pun menyelenggarakan acara musik. Seperti Komunitas Musik Fikom (KMF) yang dimiliki oleh Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjajaran dan Syarekat Seni Fakulteit Des Recht (SSFDR) yang dimiliki oleh Fakultas Hukum (FH) Universitas Padjajaran (Unpad).

Agung (18) adalah seorang anggota KMF. Ia masuk KMF karena menyukai musik. Untuk menjadi anggota KMF, tidak perlu memiliki kemampuan memainkan alat musik. Mahasiswa yang tidak bisa bermain alat musik pun bisa menjadi anggota. Hanya perlu menyukai dan menikmati musik saja. Agung merasa mendapatkan ilmu untuk membuat suatu event dan cara berorganisasi. Selain itu, ia juga bisa sharing tentang musik dan berbagi ilmu dengan anggota lainnya.

Tahun kemarin, KMF terdiri dari dua divisi, yaitu divisi media dan divisi event. Divisi media bergerak di bidang media, seperti social network. Divisi event bergerak dalam pembuatan event KMF, baik internal atau eksternal kampus. Tahun ini, rencananya akan dibuat lima divisi. Selain itu, KMF dianggap mewadahi anggotanya untuk menyalurkan minatnya kepada musik. “KMF sangat-sangat mewadahi minat mahasiswa. Misalnya, waktu bikin event, mahasiswa menyukai bikin event. Untuk pelaku musik, bisa saling berbagi ilmu dalam bermusik”, tutur Agung. “Tahun ini, ada program KMF yang mengayomi anak-anak 2010 untuk membuat band. Rencananya mau bikin divisi buat band”, lanjut Agung.

Selain Agung, ada Hedi (18), seorang anggota SSFDR. Ia membentuk sebuah band yang semua anggotanya merupakan anggota SSFDR. Selain itu, ia juga merasa mendapatkan banyak teman dengan masuk SSFDR. SSFDR juga menambah ilmu dan wawasan seninya.

SSFDR terbagi menjadi lima divisi, yaitu musik, tari, film dan fotografi, sastra, serta teater. Hedi merupakan anggota divisi musik. SSFDR membuat acara nge-Jam di kampus minimal satu kali per bulan. “Waktu itu pernah sampai satu minggu sekali”, jelas Hedi. Bahkan, kadang ada dosen yang menyumbangkan alat musik untuk dipakai. Selain itu, SSFDR menyelenggarakan acara besar, seperti Café Night, SSFDR Night, dan membuat album kompilasi. Album tersebut berisi lagu-lagu buatan band-band SSFDR.

Menjadi anggota SSFDR tidak perlu bisa bermain musik. Sama seperti KMF, anggotanya hanya perlu menyukai musik dan menikmatinya. Penikmat musik bisa menjadi panita acara. Namun, SSFDR lebih terfokus kepada band-nya. Setiap band SSFDR memiliki kesempatan untuk tampil. “Sebisanya dilakukan rotasi”, jelas Hedi. Selain itu, terdapat program kerja membuat band, kemudian nge-jam. Ketika SSFDR membuat acara, band yang tampil diutamakan merupakan band dari SSFDR, tapi masih terbuka untuk umum.

Mengenai UKM musik ini, Agung berpendapat, “UKM musik itu bagus, karena setiap manusia memiliki jiwa seni, dan semua orang pasti suka musik”. Sependapat dengan Agung, Hedi menyatakan, “UKM musik pasti dibutuhin. Bidang akademis udah didapet dari kuliah, jadi di luar kuliah bersenang-senang. Dengan adanya UKM ini, bersenang-senang tersebut difasilitasi oleh pihak kampus”. (AB)

0 komentar:

Posting Komentar